• Pada tahun 1878 dr. Kussmaul dari Jerman melaporkan adanya seorang lelaki yang mempunyai kecerdasan normal tapi tidak dapat membaca, yang diistilahkannya sebagai ”buta membaca” (reading blindness). Tahun 1891 Dejerine telah melaporkan bahwa proses membaca diatur oleh bagian khusus dari sistem saraf manusia yaitu di bagian belakang otak. Pada tahun 1896, British Medical Journal melaporkan artikel dari Dr. Pringle Morgan, mengenai seorang anak lelaki berusia 14 tahun bernama Percy yang pandai dan mampu menguasai permainan dengan cepat tanpa kekurangan apapun dibandingkan teman-temannya yang lain namun Percy tidak mampu mengeja, bahkan mengeja namanya sendiri.
Penelitian terkini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan anatomi antara otak anak disleksia dengan anak normal, yakni di bagian temporal-parietal-oksipitalnya (otak bagian samping dan bagian belakang). Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging yang dilakukan untuk memeriksa otak saat dilakukan aktivitas membaca ternyata menunjukkan bahwa aktivitas otak individu disleksia jauh berbeda dengan individu biasa terutama dalam hal pemprosesan input huruf/kata yang dibaca lalu ”diterjemahkan” menjadi suatu makna.
Disleksia merupakan sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada anak tersebut dalam melakukan aktifitas membaca dan menulis. Gangguan ini bukan bentuk dari ketidakmampuan fisik, seperti karena ada masalah dengan penglihatan, tapi mengarah pada bagaimana otak mengolah dan memproses informasi yang sedang dibaca anak tersebut. Kesulitan ini biasanya baru terdeteksi setelah anak memasuki dunia sekolah untuk beberapa waktu.
Yang menarik, disleksia ternyata tidak hanya menyangkut kemampuan baca dan tulis, melainkan bisa juga berupa gangguan dalam mendengarkan atau mengikuti petunjuk, bisa pula dalam kemampuan bahasa ekspresif atau reseptif, kemampuan membaca rentetan angka, kemampuan mengingat, kemampuan dalam mempelajari matematika atau berhitung, kemampuan bernyanyi, memahami irama musik, dll.
Menurut Ketua Harian Asosiasi Disleksia Indonesia dr Kristiantini Dewi, SpA, penyebab disleksia adalah gangguan pada otak kiri, yang biasanya digunakan untuk membaca.
Disleksia dibedakan menjadi dua, yaitu developmental dan acquired.
Pada disleksia developmental, 70 persennya disebabkan oleh keturunan. "Juga disebabkan oleh kondisi saraf (neurologis) dan disandang seumur hidup," katanya dalam seminar di Jakarta, Sabtu lalu. Penyandang disleksia umumnya mengalami masalah dalam membaca, mengeja, dan menulis.
Itu tak hanya berhenti pada tiga hal di atas. Masalah lain yang menguntit pengidap disleksia adalah susah konsentrasi, daya ingat yang pendek, kesulitan mengurutkan huruf A-Z dan mengorganisasi, serta cenderung tak teratur.
Namun, yang patut dipahami adalah disleksia bukan karena si penyandang bodoh. Beberapa penyandang disleksia justru orang yang brilian. Menurut dr Purboyo Solek, SpA(K), yang patut ketahui adalah intelligence quotient (IQ) si pengidap.
Normal, di bawah rata-rata, atau justru superior. Albert Einstein dan Presiden Amerika Serikat ke-43 George Walker Bush contoh penyandang disleksia. Disleksia juga tak disebabkan oleh latar belakang sosial-ekonomi yang buruk, gangguan penglihatan atau pendengaran, atau tak ada motivasi belajar.
Disleksia merupakan sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada anak tersebut dalam melakukan aktifitas membaca dan menulis. Gangguan ini bukan bentuk dari ketidakmampuan fisik, seperti karena ada masalah dengan penglihatan, tapi mengarah pada bagaimana otak mengolah dan memproses informasi yang sedang dibaca anak tersebut. Kesulitan ini biasanya baru terdeteksi setelah anak memasuki dunia sekolah untuk beberapa waktu.
Tanda-tanda orang yang mengalami Disleksia, biasanya seseorang tersebut akan mengalami hal=hal dibawah ini :
- Kesulitan mengenali huruf atau mengejanya.
- Kesulitan membuat pekerjaan tertulis secara terstruktur misalnya esai
- Huruf tertukar-tukar, misal ’b’ tertukar ’d’, ’p’ tertukar ’q’, ’m’ tertukar ’w’, ’s’ tertukar ’z’
- Membaca lambat dan terputus-putus serta tidak tepat.
- Menghilangkan atau salah baca kata penghubung (“di”, “ke”, “pada”).
- Mengabaikan kata awalan pada waktu membaca (“menulis” dibaca sebagai “tulis”).
- Tidak dapat membaca ataupun membunyikan perkataanyang tidak pernah dijumpai.
- Tertukar-tukar kata (misalnya : dia-ada, sama-masa, lagu-gula, batu-buta, tanam-taman, dapat-padat, mana-nama).
- Daya ingat jangka pendek yang buruk
- Kesulitan memahami kalimat yang dibaca atau pun yang didengar (kalo ngomongnya pake bahasa bayi gimana??)
- Tulisan tangan yang buruk (waduwh! tulisanku termasuk buruk gak ya?!)
- Mengalami kesulitan mempelajari tulisan sambung
- Ketika mendengarkan sesuatu, rentang perhatiannya pendek
- Kesulitan dalam mengingat kata-kata
- Kesulitan dalam diskriminasi visual
- Kesulitan dalam persepsi spatial >> spasial adalah sesuatu yang memiliki referensi spa sial atau posisi
geografis ( geo-referenced ) - Kesulitan mengingat nama-nama
- Kesulitan / lambat mengerjakan PR
- Kesulitan memahami konsep waktu
- Kesulitan membedakan huruf vokal dengan konsonan
- Kebingungan atas konsep alfabet dan simbol
- Kesulitan mengingat rutinitas aktivitas sehari-hari
- Kesulitan membedakan kanan kiri
"Jangan labeli mereka sebagai anak bodoh," kata dr Kristiantini Dewi, SpA. Pasalnya, jika diberi label sebagai anak bodoh, mereka tak bisa tampil sesuai dengan IQ-nya dan sia-sia. Jika diketahui IQ-nya, akan diketahui apakah seseorang memang mengidap disleksia atau mengalami kesulitan belajar.
Yang tak mungkni bisa dimungkiri, Albert Einstein adalah orang jenius dengan teori relativitasnya, walau mengidap disleksia.
Source:
9 comments:
21 September 2010 pukul 00.39
Salam kenal! .. thank's dah mampir ke blog Madhek.com, and bersedia pasang link banner AQ, sebaliknya AQ jg udah pasang link blog Anda, tp sayang link banner Anda tdk menuju ke link blog Anda jika di klik, jd terpaksa saya pasang alamat dan title blognya saja.
Madhek.com | Seputar Kesehatan | Info IT
23 September 2010 pukul 07.01
hehehe.. mentep...!!! (aku bingung knp di keyboard komputer tanda seru sama tanda tanya letaknya berjauhan satu sama lain)
O iya makasih ya atas kunjungannya...
25 September 2010 pukul 06.58
@dwi: makasii da.. o, ga bisa ngelink ke blog ini ya.. waa, Q gatau tuu, knapa y..
@aku: hahaiyy, thx juga dah kunjung balik.. *hub.nya ! sama ? sama disleksia apa?? xixixi
25 September 2010 pukul 16.06
Luar biasa ya kalau ada yang seperti itu
27 September 2010 pukul 23.31
waah ...aneh jg ya penyakit ini.. kita gk bakalan tw kalo terkena penyakit ini kalo gk ke dokter ahlinya.. dokter syaraf kali ya..
btw aq dah FOLLOW tuh atas nama WONG... follow balik ya ;) thx
5 Oktober 2010 pukul 04.25
halo :d
kunjungan nihh
7 Oktober 2010 pukul 19.44
dindull..
kyanya ftomu harus di resize dah tuh..
sayang tuh dah bgus tpi klewatan ma garisnya,,
13 November 2010 pukul 07.04
bisa disembuhkan gak si-"Disleksia" ini???
=D
13 November 2010 pukul 18.16
batu (karam): weish, kalo itu aku juga gak tau tuu
mungkin kalo si penderita di 'arahkan' ya mungkin bisa aja. *sotoy nyaaa haha..
oia, Albert Einstein disleksia jga loo
Posting Komentar